Naungan Orang Bijak

Pernahkah kalian mengetahui suatu tempat? tempat tersebut begitu hangat serta nyaman, benda-benda yang menyenangkan, udara yang membahagiakan dikelilingi oleh gelak tawa yang menenangkan, semua terasa sempurna seperti kesempurnaan yang mustahil menemukan kebenaran dirinya sendiri di dalam ruang materi ini. Dan tahukah kalian suatu tempat yang lain dimana udara dingin menusuk belulang, sungai-sungai kebencian mengalir begitu jernihnya, lalu terlihat dasar sungai yang didalamnya dihuni oleh beberapa benda yang berkilauan terpantulkan oleh cahaya terang matahari yang membakar apa saja yang tersinari olehnya.

Sungguh tempat itu sangat menakjubkan kau tahu, tempat itu seperti sebuah ruangan bersekat-sekat, dimana di sekat pertama mereka menyebutnya ruang kedamaian, didalamnya terdapat pula benda-benda seperti nasihat, perlindungan dan lainnya, kemudian di sekat kedua mereka sering menyebutnya ruang kebahagiaan, didalam ruangan ini pun terdapat beberapa benda yang menyenangkan, membuat apa yang sering dikatakan seorang bijak “jiwa yang bahagia”, setelah kita bermain-main di sekat pertama dan kedua, tibalah pula kita di sekat terakhir, orang-orang bijak sering menyebutnya dengan sebutan ruang kenyamanan namun diruangan tersebut ada sebuah ruang kecil seperti sebuah peti kotak yang terkunci rapat, sulit untuk dibuka dan dimasuki karena terlindungi oleh rantai baja yang sering disebut dusta oleh mereka yang memiliki kekuatan dibalik kelemahan-kelemahan mereka.

*

Apakah kalian ingin mengetahui sebuah cerita yang mengagumkan dan rahasia yang gilang gemilang dibalik tempat tersebut? Ingatkah kalian pada cerita tentang seorang perjaka inggris yang berambut panjang bahwa dunia ternyata sebuah mesin mekanik kaku yang mempunyai sebab dan kita merupakan boneka-boneka yang menjadi akibat dari sebab tersebut, ataukah kalian pernah mendengar seorang prancis yang berkeluhkesah tentang apa yang kebanyakan orang menyebutnya “manusia”, bahwa kita bertindak sesuai dengan keinginan kita dan tidak ada objek lain seperti objek sebab yang dipikirkan oleh perjaka inggris sebelumnya, sebaliknya kita adalah penyebab dari segala akibat. Entahlah, ini membuat saya merasa menjadi satu-satunya makhluk yang ambigu, orang-orang berargumen dengan berbagai kepentingan diri mereka. Mungkin mereka terlalu sibuk mencari persamaan dan pembenaran dari masalah yang mereka alami, sebaiknya kita kembali kepada cerita tentang sebuat tempat tadi saja.

Pada suatu waktu ketika semua berjalan seperti seharusnya, tiba-tiba muncul bencana besar yang sekaligus menimpa ruangan yang bersekat-sekat tadi, bencana itu perlahan membakar sekat pertama (ruang kedamaian), hangus terbakar hanya tersisa puing-puing, kemudian sekat kedua (ruang kebahagiaan) dibanjiri oleh limbah air berbau busuk, menenggelamkan benda-benda didalamnya tanpa berbekas, namun hanya satu sekat terakhir (ruang kenyamanan) yang tidak terkena bencana besar itu karena satu pintu dalam sekat tersebut terbuka dan melindungi sekat itu, siapakah kiranya yang telah membuka pintu tersebut, seakan mustahil pintu tersebut terbuka karena telah terkuci rapat, lalu kebingungan inipun terbius oleh aroma menusuk yang mulai mengganggu penciuman ini, “aroma apakah ini?” seperti bau busuk kotoran yang disiangi oleh matahari dan angin mengusir-ngusirnya seakan tidak mengamini bau busuk tersebut.” Mengapa tidak terpikirkan, ternyata bau busuk itu berasal dari ruangan dibalik pintu yang semula mustahil terbuka, namun justru bencana datang dari dalam pintu itu.

Apakah kalian tidak melihat tempat ini, “lihatlah dinding-dinding sisa bencana itu, sangat mengagumkan.” Semua hancur seketika hanya tersisa puing-puing yang kebingungan mencari puing-puing lainnya agar memulihkan diri mereka seperti sediakala. Dan pernahkah kalian merasa bahagia melihat bencana ini ? semua ini seperti hujan deras yang mengguyur retakan-retakan tanah gersang akibat kekeringan, seperti kita telah terjatuh saat terjaga, menyakitkan namun perlahan menyembuhkan, tersadarkan bahwa itu hanya ilusi dari mimpi-mimpi kita.

Tahukah kalian tempat apakah yang telah hangus terbakar, telah ditenggelamkan oleh banjir dan membusuk dirayapi oleh aroma dusta, apakah kalian sungguh-sungguh ingin mengetahui tempat apakah kiranya itu? apakah kalian tidak pernah mendengar Zarathustra bersabda didalam lirihnya,

“Dunia memiliki sebuah kulit dan kulit ini mengandung penyakit-penyakit. Salah satu penyakit ini, misalnya disebut Manusia.”

Begitupun dengan manusia, tempat inipun semula terlindungi oleh tembok yang nyaman, udara yang bahagia dan sangat mendamaikan, namun di setiap sekatnya tersembunyi hasrat, nafsu dan ego yang lambat laun meretakkan dan menghancurkan sekat itu, tempat itu semula menjadi dambaan makhluk-mahkluk bijak yang mencintai rasa aman, bahagia, menyenangkan. Tempat tersebut sering disebut “Rumah” oleh kebanyakan orang, tidak sedikit orang-orang bijak menyebut tempat tersebut “Keluarga”. Apakah kalian tidak merasa geli dengan itu ?